Jumat, 03 Desember 2010

Peternakan Kambing Ottawa di Bandul Gagal Total


Proyek peternakan kambing jenis Ottawa di Desa Bandul Kecamatan Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan salah satu warisan Kabupaten Bengkalis. Saat ini kondisinya menyedihkan, proyek bernilai miliaran rupiah tersebut boleh dikatakan gagal total, budidaya tidak berjalan dan malahan saat ini jumlah kambingnya hanya tinggal beberapa ekor saja.
Budidaya kambing jenis Ottawa itu dilaksanakan Pemkab Bengkalis dahulunya sekitar tahun 2003 dan 2004. Awalnya budidaya kambing Ottawa diperuntukkan bagi masyarakat peternak di Desa Bandul dan Kecamatan Merbau umumnya, tapi lagi-lagi Pemkab Bengkalis salah perencanaan.
''Waktu berkunjung ke Bandul beberapa waktu lalu, kambing yang tersisa hanya beberapa ekor saja lagi, dari seribu ekor yang sebelumnya didatangkan untuk budidaya. Mayoritas kambing yang hidup sudah kurus-kurus, kemudian rencana awal untuk dikembangbiakkan oleh masyarakat ternyata hasilnya nihil sampai sekarang,'' kata Basiran, Anggota DPRD Kepulauan Meranti asal Merbau.
Politisi dari Partai Gerindra itu menyebutkan, bahwa tidak ada satupun masyarakat di kecamatan merbau yang merasakan dampak positif dari peternakan tersebut. Basiran mengingatkan Pemkab Kepulauan Meranti nantinya, agar tidak menerima pelimpahan aset bermasalah, termasyuk proyek budidaya kambing Ottawa itu sendiri.
''Kalau tidak salah anggaran yang tersedot untuk membuat kandang serta bibit kambingnya mencapai Rp 3 miliar. Hasilnya memang tidak ada sama sekali sampai sekarang dan kalau nanti dilimpahkan oleh Bengkalis, Pemkab Kepulauan Meranti harus menolaknya,'' tegas Basiran.
Ditambahkan Basiran, di lokasi peternakan yang tersisa hanya beberapa ekor kambing saja, dan kondisinya sudah kurus-kurus akibat tidak terurus. Apalagi lokasi kandang yang megah dari beton dengan atap seng itu berada di dekat laut, dan ketika pasang naik kandang digenangi oleh air laut.
Ketika hal ini dikonfirmasi kepada Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkalis, via sms tidak ada balasannya. Terkesan Pemkab Bengkalis sampai sekarang lepas tangan soal keberadaan proyek gagal di Desa Bandul tersebut.
Sementara itu Sekretaris Camat Merbau, Duriat ketika dihubungi soal peternakan tersebut, mengaku bahwa pihaknya tidak dapat berbuat banyak. Proyek itu ulasnya, berada di bawah Kabupaten Bengkalis dahulunya, dan jelas sekarang ini akan dilakukan evalusi terlebih dahulu sebelum masuk dalam aset Pemkab Kepulauan Meranti.
''Nanti saat rakor dengan Bupati akan kita sampaikan soal peternakan kambing yang  sekarang hanya tinggal kandang dan beberapa ekor kambing yang sudah kurus-kurus. Tentunya Pemkab Kepulauan Meranti akan selektif dalam menerima pelimpahan aset dari Bengkalis, karena peternakan itu sampai sekarang dari laporan masyarakat memang tidak pernah berjalan, akibat kambingnya mati,'' ujar Duriat menjelaskan.
Pandangan Terhadap Proyek 

Apapun yang terjadi dengan proyek ini pada dasarnya masa lalu. Sekarang, kita sama sama tahu pada masa itu, tidak satu dua proyek yang asal jadi di Bengkalis. Alhamdulillah Bupati Bengkalis sekarang, menyadari hal ini. Setidaknya beberapa proyek sudah dilakukan audit internal sampai aset aset di Meranti untuk diburu.  Tindakan anggota dewan yang menilai proyek ini gagal, sah sah saja. Tapi jangan kondisi ini dipolitisir  untuk mencari keuntungan karena tidak ada gunanya. Pelaku proyek tentu saja tidak ada di Meranti. Saling lempar kesalahan bukan menyelesaikan keadaan. 

Proyek ini selayaknya menjadi pelajaran. Jika terjadi kekurangan, setidaknya dicarikan jalan keluarnya. Proyek pengembangan kambing ini sangat bagus. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau bahkan memproyeksikan untuk melakukan swasembada kambing dari Riau. Hal ini mengingat selama ini keperluan dan ketergantungan daging kambing di Riau sangat besar. Potensi pasarnya menjanjikan. Apalagi, selama ini, Riau selalu dijadikan pintu masuk perdagangan kambing ke luar negeri. Permintaan daging dari luar negeri terutama Malaysia dari Riau sangat besar. Skenarinya, harus diproyeksikan untuk swasembada kambing. 

Kegagalan proyek di Bandul karena pengawasan dan ilmu budidaya yang tidak begitu dipahami petani. selain itu, a petani yang melakukan proyek ini pun hanya beberapa saja dari masyarakat tempatan, malah banyak petani yang didatangkan dari daerah luar. Saat penulis berkunjung, tidak sedikit keluhan petani ternak kambing ini. Mereka mengaku bimbingan dari penyuluh sangat minim. Pakan yang tersedia juga tidak sesuai dengan pakan yang layak untuk ternak ini. (*)

   

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
blog ini akan menggairahkan kembali tradisi tulis menulis tentang melayu