Senin, 05 Oktober 2009

Serpihan Cerita Perjuangan Meranti


es beno (bangasbersorak)
Beberapa tokoh Meranti mengatakan usulan pemekaran kabupaten kepulauan Meranti sudah bermula sejak puluhan tahun silam. Namun usulan itu lama kelamaan tidak tersampaikan, namun semangat itu kembali muncul saat 1999, mencuat setelah genderang otonomi daerah mulai menjadi ikon bariu dalam tata negara indonesia. Gerakan-gerakan pembentukan Meranti begitu masif, tapi usaha itu lunglai, baru puncak gerakan itu muncul kembalai sepanjang medio 2007 dan 2008.

Pada medio itu, geraan seakan mengakar. Aktivitas masyarakat beberapa kali seakan lumpuh. Massa beberapa sepakat turun ke jalan menyuarakan untuk segera pisah dari Bengkalis. Wacana pisah begitu menggelora, pekikannya sampai terdengar di rumah rakyat di Senayan.

Tapi beberapa kali pertemuan di tingkat legislatif di Jakarta, usulan pemekaran Meranti bolak balik menemukan jalan buntu. Namun jalan panjang itu kemudian berbuah manis, sekan mendapat angin segar setelah Rancangan Undang-Undang (RUU) Pemekaran disepakati.

Massa di daerah sepertinya tidak pernah lelah, beberapa kali pekikan agar pisah dari Bengkalis terus menguat. Bahkan seperti detik detik mencekam, beberapa pekan di Selatpanjang, massa turun secara massif dan terus mendesak pembentukan kabupaten baru.

Tidak hanya itu, beberapa tokoh dan ratusan massa penggerak pembentukan Meranti merangsek ke Pekanbaru, ibukota provinsi Riau untuk menemui gubernur Riau dan menyuarakan melakukan diplomasi mendesak percepatan pengesahan RUU pemekaran kabupaten Meranti menjadi UU.

Tentu saja isu pemekaran saat itu, tidak hanya ramai di Selatpanjang. Saudara jauh Mandau juga melakukan berbagai gerakan untuk pisah dari Bengkalis. Dan mungkin saja isu pemekaran ini dinanti oleh daerah daerah lain di Indonesia.

Sepertinya, bagi sebagian tokoh Meranti, tidak ada alasan untuk kabupaten Bengkalis dan pemerintah menolak pemekaran. Persyaratan administratif daerah ini cukup terdiri dari empat kecamatan, berbeda dengan Mandau yang saat itu menuntut pemekaran tapi belum dinyatakan cukup secara administratif.

Dahulu pemerintah daerah Kabupaten Bengkalis pernah mereko¬mendasikan pemekaran daerah untuk Meranti. Bahkan Bupati Bengkalis, Syamsurizal pernah menjadi pengurus pembentukan Kabupaten Meranti.

Perjalanan terus berlalu, hingga sampailah momentum paling tepat untuk memunculkan gerakan pisah dari Meranti. Kala itu iklim politik di provinsi memanas, Gubernur dan Wakil gubernur Riau diisukan akan melakukan pertarungan terbuka saat Pilkada Gubernur. Wakil Gubernur Riau waktu itu, Wan Abu bakar merupakan anak jati asal Selatpanjang, dalam beberapa pernyataan politiknya juga mendukung Pemekaran Meranti.

Situasi berubah ketika Wan Abu bakar menyatakan diri tidak mencalonkan diri saat detik detik terakhir pedaftaran calon gubernur di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Riau. Bahkan secara politis DPD I Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Riau mendukung partai Golkar untuk koalisi mencalonkan Rusli Zainal.

Masa masa sempit itu, saat Wan Abubakar meminpin sebagai Plt Gubernur, karena gubernur incumben ikut suksesi. Berbagai situasi akhirnya bisa memaksa dan memunculkan gairah untuk mendesak pemekaran kepulauan kabupaten Meranti. Apalagi saat itu, Ketua DPRD Provinsi Riau Chaidir juga secara politis mendukung pembentukan kepulauan kabupaten Meranti.

Setelah rekomendasi pembentukan kabupaten Meranti langsung dilakukan gubernur Riau dan Anggota DPRD Riau. Pembentukan kabupaten Kepulauan Meranti nyaris tidak terbendung. Secara politis, desakan juga menguat dari beberapa politisi di Senayan, Jakarta.

Pendek cerita, penantian panjang akhirnya berakhir, sidang paripurna ke 17 tahun 2008 memastikan RUU Meranti disahkan menjadi UU Meranti. Gagap gempita kegempiran meluah diantara lama dan peliknya perjuanga. Kepastian muncul dan akhirnya tanggal 16 Januari 2009 disahkan UU nomor 12 tahun 2009 dan resmi berdiri kabupaten Kepulauan Meranti.

Perjuangan kemudian bergulir untuk membangun kanbupaten yang memiliki luas 3.707,84 km² jumlah penduduk 204.579 (2007) jumlah jiwa 55 jiwa/km², terdiri dari 5 kecamatan, 5 kelurahan dan 70 desa. Awalnya tarik ulur siapa yang akan memimpin Meranti berikutnya menjadi nuansa politis berbeda. Spekulasi politik kembali memanas, kabupaten, provinsi dan tokoh pembentuk kabupaten Meranti sama sama memasang kuda kuda untuk mengusulkan wakilnya. Masa masa itu sedikit penuh kecamuk, beberapa tokoh kecamatan malah membuat suasana panas ketika secara terbuka menolak bergabung dengan Meranti.

Suasana mereda, setelah secara resmi anak asal Pujut Syamsuar yang juga pernah berkhitmat di kabupaten Siak ditunjuk memimpin Meranti. Perlahan lahan, Syamsuar diterima masyarakat dari beragam kalangan, susul menyusul kemudian perayaan dan kenduri Meranti berpindah dari satu desa ke desa lain. Di sebalik itu masyarakat tetap berharap, kabupaten yang seumur jagung ini menjadi kabupaten yang penuh ”mawaddah warahmah” sesuai niat dan harapan semua kalangan untuk menjadi kabupaten yang lebih madani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
blog ini akan menggairahkan kembali tradisi tulis menulis tentang melayu