Kamis, 16 September 2010

Catatan Sejarah: Bupati Pertama Kabupaten Kepulauan Meranti

Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) serentak di empat kabupaten dan kota di Riau mencatat sejarah yang tidak dilupakan. Salah satunya untuk pertama kali, pelaksanaan Pemilukada di Kabupaten Kepulauan Meranti. Setelah suksesi demokratis berlangsung, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Meranti, sebagai hakim pelaksanaan Pemilukada Meranti menetapkan, pasangan Irwan Nasir Masrul Kasmy menjadi bupati pertama, di kabupaten termuda di Provinsi Riau itu. Irwan
(Foto: Bupati Meranti pertama: IRwan Nasir dan keluarga, doc pribadi)
yang dijagokan Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Bulan Bintang. Meraih 28. 086 atau 34,6 persen suara, mengalahkan kandidat lainnya.

Banyak harapan. Visi misi yang akan dibawa dua pemimpin adalah untuk menjadikan Kepulauan Meranti sebagai kawasan niaga yang maju dan unggul. Sementara misinya, melakukan penataan birokrasi kepemerintahan yang efisien dan efektif. Menurunkan tingkat kemiskinan, melalui swasembada hasil tani, perikanan dan ternak, serta meningkatkan kualitas kesehatan, kulitas SDM, listrik dan Air bersih, dan lain-lain.
Visi misi yang diusung memang selaras dengan persoalan dasar daerah. Dari data Balitbang Prov Riau, tahun 2009, jumlah penduduk Meranti mencapai 216.329 orang, jumlah rumah tangga di Meranti mencapai 45.559 Rumah tangga, sekitar 34,85 persen merupakan rumah tangga miskin. Bahkan jumlah Desa yakni mencapai 73 Desa, sekitar 59 Desa atau 80,82 persen termasuk Desa tertinggal. Peta SDM di Meranti. Tidak punya Ijazah (41, 78 persen), SD/MI/Sederajat (24,65 persen), SLTP/MTS/Sederajat (14,22 persen), SMU/MA/SMK/ Sederajat (15,84 persen), D1/D2/D3 (1,93%), D4/S1 (0,76 persen), S2/S3 (0,83 persen). Ini persoalan besar, untuk dicarikan jalan keluar.
Infrastruktur (Jalan, air bersih, listrik: merupakan infrastuktur dasar masih menjadi masalah): Tingkat elektrifikasi listrik masih rendah. Sudah ada 27 pembangkit listrik, jumlah daya yang terpasang 17,620 yang operasi baru 6.877. Jumlah calon pelanggan mencapai 4.838 daftar tunggu yang belum berlistrik. Ini belum lagi dikaitkan persoalan biaya operasional listrik yang mahal, karena masih menggunakan BBM. Persoalan ini bisa dicarikan jalan keluar lain, Meranti merupakan daerah penghasil gas, yang dieksplorasi PT Kondur Petrolium, bergaining daerah perlu ditingkatkan untuk memanfaatkan gas, sebagai energi yang lebih murah untuk masyarakat.
Kondisi jalan: Baik hanya sekitar 26,56 persen, sedang 8.22 persen, Rusak mencapai 41,87 persen dan rusak berat mencapai 23,35 persen. Menjadikan Meranti sebagai pusat niaga, hal yang harus dibenahi adalah dermaga, sebagai pintu keluar masuk barang. Tapi persoalanya, Pelabuhan umum di Meranti masih tercatat belum memadai, tidak ada pemisaha penumpang domestik dan internasional, Pelabuhan rakyat belum ada dan pelabuhan barang masih belum memadai.
Membangun Meranti kedepan, tidak hanya butuh kerja keras, tapi juga kesalehan pribadi untuk benar benar membangun kampung yang memang masih butuh banyak pembenahan. Tidak hanya mengekplorasi potensi yang sudah ada, memuat isu isu nasional untuk kepentingan daerah juga merupakan bagaian strategis untuk bisa dimanfaatkan membangun Meranti. Seperti yang dicanangkan Bupati baru-baru ini, penulis melihat ini kelihaian Bupati melihat potensi, salah satunya memperjuangkan kesejahteraan untuk Komunitas Adat Terpencil (KAT). Meranti sangat berkepentingan, jumlah KAT di Meranti cukup besar. Perlu diperjuangkan, karena kantong kemiskinan terbesar juga pada komunitas ini.
Seperti disebutkan Bupati, KAT di Kabupaten Kepulauan Meranti tersebar di sejumlah desa di lima kecamatan se-Kabupaten Kepulauan Meranti. Mereka masih hidup terisolasi dan belum berbaur dengan masyarakat umum. Mereka masih hidup dengan pola serba tradisional dan tertinggal tak hanya dalam segi ekonomi menyangkut mata pencarian, melainkan juga dalam bidang pendidikan, kesehatan dan termasuk pula rumah layak huni.
Tiap tahun penganggaran dari pusat untuk KAT terus ada. Tahun 2009, alokasi dana APBN untuk dekonsentrasi Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Riau meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada 2007 anggaran pemerintah mencapai Rp 2,7 miliar, 2008 mencapai 2,3 miliar dan 2009 ini naik menjadi Rp 2,8 miliar lebih. Anggaran untuk pemberdayaan KAT seperti sertifikasi lahan, pembangunan ramah, pembuatan sarana air bersih dan beberapa kegiatan pembangunan lain.(Tapi realisasinya, wallauhua’lam).
Peran daerah untuk memperjuangkan sangat penting. Komunitas yang tersisa tersebut perlu diberdayakan dan ditingkatkan taraf hidupnya. Tahun 2009, dari sekitar 11.988 populasi KAT di Riau yang belum diberdayakan sebanyak 8.719 populasi. Meranti, dulu masuk Bengkalis, tahun 2009 KAT di Bengkalis 5.516 populasi yang belum diberdayakan.

Baru-baru ini, penulis bersama Bapak Taslim Prawira, secara swadaya membantu masyarakat KAT yang masuk Islam di Desa Selat Akar, Merbau. Dengar cerita, untuk bantuan rumah, tahun ini, untuk suku Asli, katanya, akan dibantu, tapi untuk KAT baru dua, selebihnya untuk masyarakat miskin lain. Padahal mereka ini prioritas.

Terlepas dari itu, persoalan Meranti masih sangat besar, banyak lagi hal yang harus dibenahi. Semoga bupati terpilih, dirindhoi Allah dan mampu mengemban amanah yang mulia ini. Amin.(*) (Es beno, bangasbersorak)

2 komentar:

  1. Salam kenal...terima kasih atas kunjungan dan komentarnya

    BalasHapus
  2. salam kenal juga bang..semoga kita bisa selalu sharing..memberikan informasi byang terbaik untuk kampung...

    BalasHapus

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
blog ini akan menggairahkan kembali tradisi tulis menulis tentang melayu